Monday, February 11, 2013

Kitab Akhlakul lilbaniin



Indahnya Mutiara dalam Untian Kata      

 Tak perlu diragukan lagi bahwa perilaku merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam setiap kehidupan manusia, perilaku manusia adalah penentu kemajuan dan kemunduran masyarakat dalam berbangsa dan bernegara, bahkan dengan perilakulah, manusia layak dikatakan sebagai manusia dan tidaknya. Oleh karnanya setiap agama yang diturunkan oleh Allah(agama samawi) dan Islam khususnya sangat memperhatikan hal tersebut.
             Namun sungguh disayang ternyata kehidupan sebagian masyarakat saat ini telah jauh dari budi pekerti yang luhur. Orientasiuntuk hidup berfoya-foya, memuaskandiri-sendiri, dan memenuhi hawanafsu adalah faktor utama penyebab kemerosotannya. Akan tetapi pertolongan dari Allah akan selalu ada bagi hamba yang dikehendakinya disetiap waktu dan setiap tempat. Oleh karenanya senantiasa kita temukan ada orang-orang saleh yang dengan ikhlas mengabdikan diri untuk agama dan sesama(beramar ma’ruf dan nahi munkar) baik secara lisan maupun tulisan yang bertujuan agar kita semua hidup selamat didunia inidengan kehidupan yang bermartabat, aman dan santosa hingga akhirat kelak.
Salah satu figur orang saleh tersebut adalah Al-Ustadz ‘Umar bin Ahmad Barja, dengan salah satu karyanya yakni kitab yang berjudul “Al-Akhlaqu Lil-Banin”.Dalam kitab tersebut beliau memberikan 20 judul pembahasan tentang akhlaq diantaranya adalah definisi aklaq, Kewajiban kita terhadap Allah, hingga judul terakhir yakni kewajiban kita terhadap teman. Dalam setiap pembahasan kitabnyabeliau mengajak kita berfikir tentang apa yang menjadi titik pembahasan, kemudian menggiring logika dan pemahaman kita untuk berbuat dan bertindak yang sesuai dengan akhlaq. Bahkan menyertakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-Hadist Nabi sebagai sumber rujukan yang tepat sehingga memberikan pemahaman pada kita bahwa beginilah berakhlaq yang benar menurut Islam.
Dilihat secara sekilas dalam setiap judul pembahasan kitab ini memang seolah tak hanya membahas tentang akhlaq, karena beberapa judul yang adajustru menyebut sebuah kisah orang-orang tertentu, seperti halnya cerita nabiIsmail as, Haiwah bin Syuraih, Dzar bin ‘Umar Al-Hamdani serta masih banyak lagi.Ada pula yang judul yang berkenaandengan kewajiban-kewajiban kita, seperti kewajiban seseorang terhadap Allah, saudara, kerabat dll.
Namun jika dipelajari dan dihayati seluruh isinya dengan seksama, maka kita akan temukan bahwa kitab ini tetap berorentasi pada pendidikan akhlaq. Justru dengan cara seperti inilah kitab ini terlihat cukup berbeda dengan kitab-kitab akhlaq lain seperti halnya kitab Adabul ‘alim wal muta’allim, Ta’limul muta’allim dan semacamnya.
Dari cara penyajian, kitab ini terlihat tidak monoton tentang akhlaqkarenadisertai dengan kisah-kisah teladan yang ada didalamnya didukung dengan bahasa yang cukup lugas dan mudah dimengerti membuat kitab ini sangat tepat untuk dibaca dan dipelajari bagi setiap pelajar dilembaga pendidikan seperti pondok pesantren dan sekolahan Islam di Indonesia.Menjadikan kitab ini sebagai materi yang diajarkan pada pelajar di Indonesia adalah pilihan tepat,karena kitab ini merupakan karya anak bangsa kita sendiri(Indonesia) yang tentunya secara bahasa dan penyampaian akan lebih mudah kita mengerti dan fahami dibandingkan dengan kitab yang ditulis ulama’ bangsa lain. Selain itu, kitab tersebutmemiliki isi pembahasan yang tentunya sesuai dengan karakter, linkungan, kultur, budaya, dan kebiasaan/adat-istiadat masyarakat Indonesia dengan kebinekaannya.
Sebagai contoh pembelajaran tentang toleransi antar umat beragama yang terdapat dalam kitab ini “tentang seorang pemuda non muslim(yahudi) yang menjalin komunikasi dan interaksi(mu’asyaroh) dengan baik bersama Rasulullah SAW”. Ini adalah sebuah percontohan yang sangat tepat untuk dilakukan oleh kaum muslimin di Indonesia yang memang harus berdampingan dengan pemeluk agama lain.
Pembelajaran tentang bersabar dan menghargai juga ada dalam sebagaimana yang telah dikisahkan dalam kitab ini tetanggaAl-Imam Abu Hanifah. Beliau memiliki seorang tetangga yang sangat jahat, namun sang imam selalu bersabar menghadapinya dan selalu mengucapkan salam bila bertemu dengannya, meskipun justru cacian dan hujatan yang didapat oleh sang imam. Saat sang imam ditanya alasan tentang kesabarannya, sang imampun menjawab dengan cukup singkat dan berdasar “karena dia tetangga saya yang memiliki hak untuk saya muliakan”. Disini kita bisa mengambil pelajaran  bagaimana mestinya kita hidup bersama dengan masyarakat sekitar kita yang mungkin memiliki kebiasaan kurang baik.
Pembaca yang budiman, sebenarnya dalam kitab ini masih banyak lagi memuat kisah pribadi tertentu dengan kesempurnaan akhlaqnya yang sangat perlu kita baca, ikuti, dan kita contohkan kepada keluarga dan masyarakat kitaguna memberikan pendidikan dan motivasi kita semua agar manjadi lebih baik dalam berbudi pekerti. Selanjutnya, untuk mencapai kebaikan dalam berperilaku kita memang membutuhkan keseriusan untuk berusaha menjadi lebih baik(berinovasi) hingga akhlaq tersebut benar-benar menjadi bagian dari pribadi kita yang dapat kita ajarkan kepada sesama lewat sebuah percontohan yang baik(uswatun hasanah), karena sebagaimana orang bijak berkata“Satu suri tauladan baik yang kita contohkan lebih berguna dan lebih bermanfaat dari pada sejuta nasehat”. Selamat membaca kitab tersebut dan semoga kita dapat manfaatnya. Amin...
Demikian sedikit informasi yang dapat kami sajikan semoga apa yang kami lakukan menjadi bagian dari pengamalan terhadap Al-Quran yang memerintahkan kita untuk saling bantu-membantu dalam kebaikan dan ketaqwaan. Kepada Al-Ustadz ‘Umar bin Ahmad Barja kami sampaikan banyak terimakasih atas keseriusannya dalam memperhatikan pendidikan akhlaq bagi para pelajar Indonesia yang merupakan tumpuan harapan dan cikal-bakal para pemimpin negri ini dimasa depan. Semoga Allah mencatat dan menerima amal saleh beliau dan menjadikan kitab tersebut bermanfaat didunia hingga akhirat. Amin... wallahu a’lam.



No comments:

Post a Comment