Saturday, February 9, 2013

Akhlakul Karimah


 
Salah satu rahasia seorang murid bisa berhasil mendapatkan ilmu dari gurunya adalah taat dan hormat kepada gurunya. Guru adalah orang yang punya ilmu, terdidik, dan mendidik. Sedangkan murid adalah orang yang mendapatkan ilmu dari sang guru. Seorang murid harus berbakti kepada gurunya. Dia tidak boleh membantah apalagi menentang perintah sang guru (kecuali jika gurunya mengajarkan ajaran yang tercela dan bertentangan dengan syariat Islam maka sang murid wajib tidak menurutinya). Kalau titah guru baik, murid tidak boleh membantahnya.
Inilah yang dilakukan Kyai HasyimAsy'ari (Pendiri Nahdlatul 'Ulama (NU) . Beliau nyantri kepada Kyai Kholil, Bangkalan. Di pondok milik Kyai Kholil, Kyai Hasyim dididik akhlaknya. Saban hari, Kyai Hasyim disuruh gurunya angon (merawat) sapi dan kambing. Kyai Hasyim disuruh membersihkan kandang dan mencari rumput. Ilmu yang diberikan Kyai Kholil kepada muridnya itu memang bukan ilmu teoretis, melainkan ilmu pragmatis. Langsung penerapan.
Sebagai murid, Kyai Hasyim tidak pernah nggresulo (mengeluh) disuruh gurunya angon (beternak) sapi dan kambing. Beliau terima titah gurunya itu sebagai bentuk khidmat (penghormatan) kepada guru. Beliau sadar bahwa ilmu dari gurunya akan berhasil diperoleh apabila sang guru ridlo kepada muridnya. Inilah yang dicari Kyai Hasyim, yakni keridhoan guru. Beliau tidak hanya menggali ilmu teoretis dari Kyai Kholil tapi lebih dari itu, yang diinginkan adalah “berkah” dari Kyai Kholil. Kalau santri sekarang dimodel seperti ini, mungkin tidak tahan dan langsung keluar dari pondok. Tidak memunafikan jika santri zaman sekarang lebih mengutamakan mencari ilmu teoretis. Mencari ilmu fikih, ilmu hadits, ilmu nahwu shorof, dan sebagainya serta ilmu-ilmu umum yang ada. Sementara ilmu "akhlak" terapannya malah kurang diperhatikan.
Alkisah suatu ketika, seperti biasa Kyai Hasyim setelah memasukkan sapi dan kambing ke kandangnya, Kyai Hasyim langsung mandi dan sholat Ashar. Sebelum sempat mandi, Kyai Hasyim melihat gurunya. Kyai Kholil termenung sendiri. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati sang guru. Maka diberanikanlah oleh Kyai Hasyim untuk bertanya kepada Kyai Kholil. "Ada apa gerangan wahai guru kok kelihatan sedih", tanya Kyai Hasyim kepada Kyai Kholil. "Bagaimana tidak sedih, wahai muridku. Cincin pemberian istriku jatuh di kamar mandi. Lalu masuk ke lubang pembuangan akhir WC (septictank)," jawab Kyai Kholil dengan nada sedih.
Mendengar jawaban sang guru, Kyai Hasyim segera meminta ijin untuk membantu mencarikan cincin yang jatuh itu. Langsung saja Kyai Hasyim masuk ke kamar mandi dan membongkar septictank (kakus). Bisa dibayangkan, namanya kakus dalamnya bagaimana dan isinya apa saja. Namun dengan dorongan rasa hormat dan sayangnya kepada gurunya, Kyai Hasyim tidak pikir panjang. Beliau langsung masuk ke septictank itu dan dikeluarkan isinya. Setelah dikuras seluruhnya, dan badan Kyai Hasyim penuh dengan kotoran, akhirnya cincin milik gurunya berhasil ditemukan. Betapa riangnya sang guru melihat muridnya telah berhasil mencarikan cincinnya itu. Sampai terucap doa: "Aku ridho padamu wahai Hasyim, Kudoakan dengan pengabdianmu dan ketulusanmu, derajatmu ditinggikan. Engkau akan menjadi orang besar, tokoh panutan, dan semua orang cinta padamu" Demikianlah doa yang keluar dari Kyai Kholil. Karena yang berdoa seorang waliyullah shalih, ya mustajab. Tiada yang memungkiri bahwa di kemudian hari, Kyai Hasyim menjadi ulama besar. Mengapa bisa begitu? Di samping karena Kyai Hasyim adalah pribadi pilihan, beliau mendapat "berkah" dari gurunya karena gurunya ridho kepadanya.
Sepenggal cerita di atas mengingatkan kita betapa pentingnya nilai ta’dzim seorang santri terhadap Gurunya untuk memperoleh suatu Ilmu yang bermanfaat dikemudian hari. Bukan tidak mungkin sedikit ilmu yang kita dapat akan lebih bermanfaat dari pada ilmu yang berlimpah tetapi tidak mendapatkan Ridho dari Guru kita. Hal ini setidaknya memberikan gambaran jelas betapa pentingnya nilai ta’dzim seorang santri ataupun murid terhadap guru mereka.
Ni'mal adziem

No comments:

Post a Comment